Kamis, 17 Januari 2013

Mutiara-Mutiara Hikmah al-Habib Abu Bakar as-Seggaf Gresik


Mutiara-Mutiara Hikmah al-Habib Abu Bakar as-Seggaf Gresik

al-Habib Abu Bakar as-Seggaf, Gresik
“Ketahuilah, baju kalian yang mengenalkan kalian, yang mana jalan yang baik dan yang mana jalan yang buruk. Sebagai contoh: Kalian jika memakai pakaian para salaf kalian, apakah kalian akan masuk ke tempat orang yang lupa kepada Allah…? Tidak mungkin…!!! Jadi, yang mencegah kalian duduk dengan mereka adalah baju. Sedangkan jika kalian pakai pakaian selain pakaian salaf kalian dan kalian meninggalkan perangai mereka, lalu kalian melewati Majelis Ilmu atau Rauhah, apa kalian akan hadir dan masuk ke majelis-majelis mereka…? Tidak mungkin…!! Dan, yang menjadi penyebab penghalang kalian pada tempat yang baik adalah baju.”
“Kalian wahai pemuda, tidak akan mengerti Tawadlu’ kecuali jika kalian hadir semisal majelis ini (Majelis Ta’lim) akan tetapi selagi kalian lari dan melarikakan diri dari majelis-majelis yang kalian lihat, kalian tidak akan mendapatkan apa-apa khususnya kalian wahai para pemuda..”
“Dzikir adalah penghasil sebuah cahaya dalam hati. Dan di kala berdzikir terkadang terdapat rasa panas yang di hasilkan oleh sebab darah yang di masak dan di bersihkan. Tatkala sudah bersih maka dengan mudah bertempat cahaya-cahaya tersebut pada tempatnya.”
“Allah, Allah Fil Masjidi Seggaf, Solo…! Kalian jaga dan makmurkan dengan sholat jamaah. Ketahuilah adanya masjid ini adalah ni’mat bagi kalian wahai penduduk Solo. Tidak ada masjid yang seperti Masjid Seggaf ini, karena mendapat kekhususan dari Nabi Shallallahu ‘Alayh Wa Sallam. Ketika kita putus asa dan ada rasa malas dalam membangunnya, Nabi Shallallahu ‘Alayh Wa Sallam berkata: ‘Bangkit dan bangunlah karena aku ikut serta bersamamu.’
“Selagi penduduk daerah atau desa saling menyambung tali silaturahmi dan saling menanamkan rasa kasih sayang, tidak ada pertikaian di antara mereka, tidak saling hasud dan membenci. Maka semua bala’ yang harus turun tertahan di antara langit dan bumi bertahan
bertahun-tahun. Sebagai gantinya di taburkan keberkahan dalam kehidupan mereka berkah dari rasa kasih sayang mereka. Akan tetapi, jika mereka saling membenci dan hasud di antara mereka maka menjadi penyebab jebolnya dinding penahan antara mereka dan bala’ tersebut. Maka segala macam musibah dan mala petaka silih berganti menghujani mereka, karena jika turun bala’ rata semua terkena tapi rahmat khusus.”
“Siapa saja dalam keadaan penuh kesusahan dan dalam kesempitan atau kesumpekan serta banyak pikiran hendaknya melazimi doa ini: Laisa lahaa minduunillahi kaasyifa 100 kali. Ketahuilah barangsiapa yang rajin membacanya insya Allah hilang semua rasa sumpek dan Allah akan ganti dengan kelapangan, ketenangan, jalan keluar serta kebahagian.”
“Dalam bersahabat hendaknya saling menjatuhkan haknya atas orang lain. Jangan sekali-kali meminta hak persahabatanya terhadap teman, jika ada hal ini maka persahabatan kalian akan kekal dan akan timbul rasa saling bahu membahu.”
“Jika seseorang menambah atau mengurangi jumlah hitungan atau menambah dalam doa yang sudah di tentukan, maka tidak akan mendapatkan kekhususan dari wirid atau doa tersebut. Karena doa atau wirid seperti kunci jika di tambah atau di kurangi gigi kuncinya, tidak akan dapat di gunakan membuka pintu.”
“Hendaknya seseorang tidak meninggalkan dzikir walaupun dalam keadaan bekerja atau dalam rutinitasnya. Karena berdzikir memungkinkan untuk di lakukan dalam hal tersebut berbeda dengan amal-amal yang lain, perlu waktu dan batas yang khusus. Ketahuilah, hati jika kosong dari dzikir menjadi gelap, sebab hati yang sepi dari dzikir seperti rumah yang tidak ada lampunya. Dzikir adalah pendekat kalian kalian kepada Allah Ta’laa. Setiap dzikir memiliki pancaran cahaya yang sangat terang dalam hati juga sangat memberikan bekas dalam menerangi hati.”
“Tiga perkara yang sepatutnya manusia tidak peduli dan tidak merasa malu pada siapapun.
·      Suatu majelis yang tidak cocok dengannya maka berdirilah dan jangan kalian hadiri.
·      Makanan yang berbahaya, jangan kau makan.
·      Jika berkata seorang guru atau orang terkemuka padamu di suatu majelis:“Masuklah atau majulah kedepan…!” Atau apapun perintah yang serupa dengan itu, maka jangan sampai kamu berkata, “Yang lain saja, masih ada yang lebih mulia dariku..” Akan tetapi, taati perkataan mereka karena seorang guru atau orang yang terkemuka mereka lebih tahu siapa yang pantas ke depan.


Wasiat Nasehat Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf


"Ketahuilah bahwa Allah swt akan memberikan kepada hambanya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan niatnya. Menurut saya Allah swt niscaya akan mendatangkan segala nikmat-Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di dalam hati hamba-Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian dibagi-bagikan kepada hamba-Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan naik dan diterima Allah swt kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah swt yang sejati jika belum membersihkan hatinya!"

"Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, hati yang ada di dalam ini ( sambil menunjuk ke dada beliau ) seperti rumah, jika dihuni oleh orang yang pandai merawatnya dengan baik, maka akan nampak nyaman dan hidup; namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh orang yang tidak dapat merawatnya, maka rumah itu akan rusak dan tak terawat. Dzikir dan ketaatan kepada Allah swt merupakan penghuni hati, sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati."

"wahai Sadara-saudaraku, dengarkanlah apa yang dikatakan Habib Ali! Beliau meminta kepada kita untuk selalu meluangkan waktu menghadiri majlis-majlis semacam ini ( ta'lim, Zikir )! Ketahuilah bahwa menghadiri suatu majlis yang mulia akan dapat menghantarkan kita kepada suatu derajat yang tidak dapat dicapai oleh banyaknya amal kebajikan yang lain. Simaklah apa yang dikatakan guruku tadi!"

"Di zaman ini, hanya sedikit orang yang menunjukkan adab luhur dalam majlis. Jika ada seseorang yang datang, mereka berdiri dan bersalaman atau menghentikan bacaan, padahal orang itu datang ke majlis tersebut tidak lain untuk mendengarkan. Oleh karenanya, banyak aku jumpai orang di zaman ini, jika datang seseorang, mereka berkata, "silahkan kemari" dan yang lain mengatakan juga "silahkan kemari" sedang orang yang duduk di samping mengipasinya.
Gerakan-gerakan dan kegaduhan yang mereka timbulkan menghapus keberkahan majelis itu sendiri. Keberkahan majlis bisa diharapkan, apabila yang hadir beradab dan duduk di tempat yang mudah mereka capai. Jadi keberkahan majlis itu pada intinya adalah adab, sedangkan adab dan pengagungan itu letaknya di hati. Oleh karena itu, wahai saudara-saudarku, aku anjurkan kepada kalian, hadirilah majlis-majlis khoir ( baik ). Ajaklah anak-anak kalian kesana dan biasakan mereka untuk mendatanginya agar mereka menjadi anak-anak yang terdidik baik, lewat majlis-majlis yang baik pula!"

"Saat-saat ini aku jarang melihat santri-santri atau siswa-siswa madrasah yang menghargai ilmu. Banyak aku lihat mereka membawa mushaf atau kitab-kitab ilmu yang lain dengan cara tidak menghormatinya, menenteng atau membawa dibelakang punggungnya. Lebih dari itu mereka mendatangi tempat-tempat pendidikan yang tidak mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mencintai ilmu tapi mencintai nilai semata-mata. Mereka diajarkan pemikiran para filosof dan budaya pemikiran-pemikiran orang Yahudi dan Nasrani."

"Apa yang akan terjadi pada generasi remaja masa kini? Ini tentu adalah tanggung jawab bersama. Al-Habib Ali pernah merasakan kekecewaan yang sama seperti yang aku rasa. Padahal di zaman beliau, aku melihat kota Seiwun dan Tarim sangat makmur, bahkan negeri Hadramaut dipenuhi dengan para penuntut ilmu yang beradab, berakhlaq, menghargai ilmu dan orang 'Alim. Bagaimana jika beliau mendapati anak-anak kita disini yang tidak menghargai ilmu dan para Ulama? Niscaya beliau akan menangis dengan air mata darah. Beliau menambahkan bahwa aku akan meletakkan para penuntut ilmu di atas kepalaku dan jika aku bertemu murid yang membawa bukunya dengan rasa adab, ingin rasanya aku menciun kedua matanya."

"Aku teringat pada suatu kalam seorang shaleh yang mengatakan; Tidak ada yang menyebabkan manusia rugi, kecuali keengganan mereka mengkaji buku-buku sejarah Kaum Sholihin dan berkiblat pada buku-buku modern dengan pola pikir moderat. Wahai saudara-saudarku! Ikutilah jalan orang-orang tua kita yang sholihin, sebab mereka adalah orang-orang suci yang beramal ikhlas. Ketahuilah Salaf kita tidak menyukai ilmu kecuali yang dapat membuahkan amal sholeh."

"Aku teringat pada suatu untaian mutiara nasihat Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas yang mengatakan; Ilmu adalah alat, meskipun ilmu itu baik ( hasan ), tapi hanya alat bukan tujuan, oleh karenanya ilmu harus diiringi adab, akhlaq dan niat-niat yang sholeh. Ilmu demikianlah yang dapat mengantakan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar