Sejarah mencatat, beberapa usaha pencurian terhadap jenazah Nabi
Sholallohu ‘alaihi wa sallam , semuanya mengalami kegagalan. Sungguh
Allah Subhanaahu wa Ta’ala telah menjaga Nabi-Nya Sholallohu ‘alaihi
wa sallam dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal.
Ada lima usaha pencurian jenazah Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam
yang ditulis oleh penulis buku Sejarah Masjid Nabawi as-Syarif, Muhammad
Ilyas ‘Abdul Ghani. Aku akan menyebutkannya secara ringkas:
Usaha pertama:
Di masa al-Hakim Biamrillah al-‘Ubaidiy[1], salah seorang zindiq
mengusulkan kepadanya untuk menghadirkan jasad Rasulullah Sholallohu
‘alaihi wa sallam ke Mesir untuk menarik perhatian manusia kepadanya
sebagai pengganti Madinah, lalu memerangi penduduknya. Pada hari
berikutnya, Allah I mengirimkan angin ke Madinah, dan hampir bumi
tergoncang karena kuatnya angin itu. Hal ini menjadi penghalang tujuan
para pembangkang tersebut.
Usaha kedua:
Pada masa khalifah al-Ubaidiy yang sama. Dia mengutus orang untuk
tinggal di sebuah rumah dekat dengan al-Haram an-Nabawi. Kemudian ia
menggali sebuah terowongan dari rumah tersebut menuju kubur Nabi r.
Kemudian penduduk Madinah mendengar ada suara menyeru, memanggil-manggil
di tengah-tengah mereka bahwa ‘Nabi kalian akan digali (kuburnya)’.
Maka manusiapun menyelidikinya, kemudian mendapati mereka yang sedang
menggali, lalu membunuh mereka. Patut juga disebutkan bahwa al-Hakim bin
Ubaidillah mengaku sebagai Tuhan pada tahun 408 H.
Usaha ketiga:
Allah menyelamatkan Nabi Muhammad saw daripada rencana jahat untuk
mencuri jenazah Baginda. Peristiwa yang memilukan dan nyaris menampar
wajah umat Islam ini terjadi pada tahun 1164 M atau 557 H, sebagaimana
telah dicatat oleh sejarawan Ali Hafidz dalam kitab Fusul min Tarikhi
Al-Madinah Al Munawarah.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahawa pastinya sebahagian besar
orang yang berziarah ke Masjid Nabawi pasti tidak pernah lupa untuk
menghampiri makam Rasulullah yang diapit oleh makam Sayyidina Abu Bakar
dan Sayyidina Umar. Peristiwa ini berlatarbelakangkan zaman pemerintahan
kerajaan Abbasiyah di Baghdad di mana keadaan umat Islam yang semakin
lemah dan berdirinya beberapa buah kerajaan Islam di beberapa daerah.
Lantaran keadaan itu, dalam diam-diam pemerintah Eropah Kristian telah
menyusun rencana untuk mencuri jasad Nabi Muhammad saw.
Setelah terjadinya kesepakatan oleh para penguasa Eropa, mereka pun
mengutus dua orang Nasrani untuk menjalankan misi keji itu. Ia
dilaksanakan bertepatan dengan musim haji di mana pada musim itu ramai
jemaah haji yang datang dari pelbagai penjuru dunia untuk melaksanakan
ibadah haji. Kedua orang Nasrani ini menyamar sebagai jemaah haji dari
Andalusia yang memakai pakaian khas Maghribi. Keduanya ditugaskan
melakukan pengintaian awal kemungkinan untuk mencari kesempatan mencuri
jasad Nabi SAW. Setelah melakukan kajian lapangan, keduanya memberanikan
diri untuk menyewa sebuah penginapan yang lokasinya dekat dengan makam
Rasulullah. Mereka membuat lubang dari dalam kamar menuju ke makam
Rasulullah saw. Belum sampai pada akhir penggalian, rencara tersebut
telah digagalkan oleh Allah swt melalui seorang hamba-Nya yang akhirnya
mengetahui rencana busuk itu.
Sultan Nuruddin Mahmud bin Zanki, bapa saudara kepada Sultan
Salahuddin Al-Ayubi yang membuka kota Baitulmaqdis , adalah seorang
hamba sekaligus penguasa Islam pada waktu itu yang mendapat petunjuk
melalui mimpi akan ancaman terhadap makam Rasulullah. Sultan tersebut
telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw sambil menunjuk dua orang
lelaki berambut perang dan berjambang:
“ Wahai Mahmud, selamatkan jasadku daripada maksud jahat kedua orang ini. ”
Sultan Mahmud terbangun dalam keadaan gelisah lalu baginda melaksanakan
solat malam dan kembali tidur. Namun, Sultan Mahmud kembali bermimpi
berjumpa Rasulullah saw hingga tiga kali dalam satu malam. Lantas
baginda memanggil Perdana Menteri, lalu Perdana Menteri menyuruh Sultan
Nuruddin Mahmud bin Zanki supaya bersedia untuk bertolak pada malam itu
juga dan merahsiakan perjalanan itu.
Malam itu juga Sultan segera mempersiapkan diri untuk melakukan
perjalanan dari Damsyik ke Madinah yang memakan masa 16 hari, dengan
mengendarai kuda bersama 20 pengawal serta banyak sekali harta yang
diangkut oleh puluhan kuda. Sesampainya di Madinah, Sultan langsung
menuju Masjid Nabawi untuk melakukan solat di Raudhah dan berziarah ke
makam Nabi saw. Sultan bertafakur dan termenung dalam waktu yang cukup
lama di depan makam Nabi saw. Pada ketika itu tiada seorang pun tahu
akan kedatangan Sultan ke Madinah.
Dalam masa tersebut , baginda tidak tahu untuk berbuat apa lalu
Gabenor Madinah dipanggil menghadap oleh Perdana Menteri . Gabenor
Madinah disuruh untuk mengumpulkan seluruh penduduk Madinah bagi
memudahkan baginda Sultan mengecam muka kedua-dua lelaki tersebut. Lalu
Menteri Jamaluddin menanyakan sesuatu:
“ Apakah baginda Sultan mengenal wajah kedua lelaki itu? “
“ Iya ” , jawab Sultan Mahmud.
Maka tidak lama kemudian Menteri Jamaluddin mengumpulkan seluruh
penduduk Madinah dan membahagikan hadiah berupa bahan makanan sambil
baginda Sultan mencermati wajah orang yang ada dalam mimpinya. Namun
Sultan tidak mendapati orang yang ada di dalam mimpi itu di antara
penduduk Madinah yang datang mengambil jatah(1) makanan. Lalu Menteri
Jamaluddin menanyakan kepada penduduk yang masih ada di sekitar Masjid
Nabawi.
“ Apakah di antara kalian masih ada yang belum mendapat hadiah daripada Sultan? ”
” Tidak ada, seluruh penduduk Madinah telah mendapat hadiah
daripada Sultan, kecuali dua orang dari Maghribi tersebut yang belum
mengambil jatah sedikitpun. Keduanya orang soleh yang selalu berjamaah
di Masjid Nabawi.” Ujar seorang penduduk.
Kemudian Sultan memerintahkan agar kedua orang itu dipanggil. Dan
alangkah terkejutnya Sultan, melihat bahwa kedua orang itu adalah orang
yang baginda lihat dalam mimpinya. Setelah ditanya, mereka mengaku
sebagai jemaah dari Andalusia, Sepanyol. Meskipun Sultan sudah mendesak
bertanyakan tentang kegiatan mereka di Madinah, mereka tetap tidak mahu
mengaku sehingga Sultan meninggalkan kedua lelaki itu dalam penjagaan
yang ketat.
Sultan bersama menteri dan pengawalnya pergi menuju ke penginapan
kedua orang tersebut. Sesampainya di rumah itu yang ditemuinya adalah
longgokan harta, sejumlah buku dalam rak dan dua buah mushaf al-Qur’an.
Lalu Sultan berkeliling ke kamar sebelah. Saat itu Allah memberikan
ilham, Sultan Mahmud tiba-tiba berinisiatif membuka tikar yang
menghampar di lantai kamar tersebut.
Masya Allah,,,
Subhanallah,,,
Ditemukan sebuah papan yang di dalamnya menganga sebuah lorong
panjang dan setelah diikuti ternyata lorong itu menuju ke makam Nabi
Muhammad. Seketika itu juga, Sultan segera menghampiri kedua lelaki
berambut perang tersebut dan memukulnya dengan keras. Setelah bukti
ditemukan, mereka mengaku diutus oleh raja Nasrani di Eropah untuk
mencuri jasad Nabi SAW.
Pada pagi harinya, keduanya dijatuhi hukum penggal di dekat pintu timur makam Nabi saw dan mayat mereka berdua dibakar .
Sesungguhnya hukum mati dengan membakar pesalah adalah haram di sisi
syara’ ,tetapi disini Sultan Nuruddin Mahmud bin Zanki telah mengambil
kaedah siasah syariah ke atas orang yang melakukan mungkar keterlaluan.
Sebenarnya tindakan yang serupa yang diambil, telah berlaku pada zaman
Saidina Ali k.w.j di mana terdapat golongan Saba’iyah yang mengikut
ajaran Abdullah bin Saba’ yang menganggap Saidina Ali sebagai jelmaan
Allah s.w.t. Lalu Saidina Ali memerintahkan ketua keselamatannya, Qambar
supaya membakar golongan ini, bila dihukum bunuh mereka mengejek
hukuman mati, lantas memerintah dengan syairnya yang terkenal:
” Sesungguhnya aku telah melihat satu perkara yang sangat
mungkar, lalu aku memerintah Qambar menyalakan api dan membakar mereka
yang berani mengatakan Allah swt menjelma dalam diri Saidina Ali. ”
Usaha keempat:
Sejumlah orang-orang Nasrani mencuri dan merampok kafilah jam’ah haji.
Kemudian mereka bertekad untuk menggali kubur Nabi Sholallohu ‘alaihi wa
sallam . Mereka berbicara dan terang-terangan dengan niat mereka,
kemudian mereka menyeberangi laut menuju Madinah. Kemudian Allah I
menolak serangan mereka dengan kapal yang telah disiapkan dari Mesir
al-Iskandariyah yang mengikuti mereka, kemudian menangkap mereka
semuanya, kemudian menawan dan membagi-bagi mereka di negeri kaum
muslimin.
Usaha kelima:
Usaha yang dilakukan dengan niat untuk menggali kubur Abu Bakar dan Umar
d. Itu terjadi di pertengahan abad ke tujuh hijriyah. Sejumlah orang
yang mencapai 40 orang laki-laki bertujuan untuk menggali kubur di malam
hari, kemudian bumipun terbelah dan menelan mereka.
Hal ini diceritakan oleh pelayan al-Haram an-Nabawy pada saat itu. Dia adalah Shawwab, as-Syamsu al-Malthiy. (AR)*
Foot Note:
[1]Pada tahun 358 H, orang-orang Rafidhah ‘Ubaidiy menguasai Mesir,
mereka itu adalah satu kelompok yang mengaku cinta kepada Ahlul Bait. Di
antara pemimpin mereka yang paling menonjol adalah al-Hakim Biamrillah
yang mengaku sebagai Tuhan, dan dia mendakwahkan pendapat reinkarnasi
arwah. Kekuasaan negeri itu berakhir pada tahun 568 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar